Senin, 12 Desember 2011

Ego Kelompok

Oleh Jarjani Usman

“Kalian akan melihat orang-orang mukmin dalam hal kasih sayang dan cinta di antara mereka seperti satu tubuh, yang bila sebahagiannya terluka, maka bagian lainnya ikut merasakan sakit” (HR. Bukhari).

Suatu hari setelah banjir di Makkah, sejumlah kelompok masyarakat di sana bertikai dan nyaris menumpahkan darah.  Masing-masing suku merasa paling berhak meletakkan kembali Hajar Aswad pada tempatnya.  Namun mereka kemudian membuat perjanjian.  Yaitu, siapa saja yang lebih dahulu muncul esok pagi, dialah yang berhak meletakkannya.  Ternyata yang muncul Muhammad, seorang pemuda jujur yang kemudian diangkat sebagai Nabi.  Meskipun sudah diberikan hak, Muhammad bertindak bijak.  Beliau meletakkan Hajar Aswad di atas sorbannya.  Lalu diajak wakil-wakil dari masing-masing kelompok yang bertikai untuk memegang ujung-ujung kain itu.  Dengan cara demikian, masing-masing kelompok ikut melakukannya.  Terselesaikanlah pertikaian itu.  Semua puas.

Dari peristiwa itu dapat difahami bahwa ketika ego masing-masing kelompok memuncak, banyak kapasitas penting yang dimiliki anggota-anggota kelompok menjadi berkurang dan bahkan hilang fungsinya.  Di antaranya adalah pikiran sehat, yang seharusnya bisa digunakan untuk memikirkan berkali-kali tentang dampak-dampak buruk yang akan terjadi bila ego tersebut terus dipertahankan.  Termasuk di antara dampak buruk itu adalah perpecahan umat, yang harus dibayar mahal untuk upaya menyatukan kembali.  Bukan hanya itu, juga hilang kesadaran bahwa orang lain yang memiliki kedudukan yang sama dengan diri kita sebagai makhluk ciptaan Allah.

Namun akan lain ceritanya bila ego mau dikendurkan.  Akan terasa bahwa orang lain juga bagian yang penting dari kehidupan kita.  Masing-masing memiliki kontribusi yang bermakna, terlepas besar kecilnya.  Dalam keadaan demikian, akan tak sulit untuk berbagi dan berbuat adil terhadap rezeki dari Allah yang disebarkan di setiap senti bumi ini.  Jika memiliki perasaan demikian, siapapun akan merasa terbantu dalam menuntun diri untuk menjadi orang mukmin sejati.

Editor : bakri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jika agan dan aganwati mau titip komentar atau pesan dipersilahkan ya