Senin, 12 Desember 2011

Keahlian Memimpin

Oleh Jarjani Usman

“Jika suatu urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu” (HR. Bukhari).

Menurut riwayat, Rasulullah SAW pernah tak mendukung sahabat setianya yang ingin mencalonkan diri sebagai pemimpin.  Sabdanya, “Wahai Abu Dzar, sesungguhnya aku melihatmu seorang yang lemah, dan aku mencintaimu sebagaimana aku mencintai diriku sendiri. Janganlah kamu menjadi pemimpin atas dua orang, dan janganlah pula kamu menjadi wali atas harta anak yatim.”

Beberapa hal penting dapat disimak dari kisah tersebut.  Pertama, meskipun orang dekat mencalonkan diri sebagai pemimpin karena itu haknya, kalau memang tidak memiliki kepatutan, jangan didukung.  Kedua, tidak semua orang pintar dalam suatu bidang memiliki kemampuan kepemimpinan.  Oleh karena itu, gelar tinggi atau kepakaran tertentu yang dimiliki seseorang belum menjamin ia memiliki keahlian memimpin.  Ketiga, kalau tidak mendukung seorang calon pemimpin, penting dilakukan dengan cara bijak agar tidak menimbulkan sakit hati.

Keempat, seseorang calon pemimpin yang tidak didukung perlu berlapang dada agar mudah menerima kenyataan.  Dengan cara demikian akan timbul kesadaran bahwa tidak ada manusia yang sempurna dalam hidup ini.  Kalau seseorang kuat di satu bidang, kadangkala lemah di bidang lain.

Kelima, tidak mendukung bukan berarti membenci, tetapi bermakna penyelamatan.  Yaitu, menyelamatkan calon pemimpin sekaligus orang yang (akan) dipimpin dari segala dampak buruk yang akan timbul, seandainya yang tidak berkualitas itu terpilih.  Sebagaimana lazimnya, kelemahan seseorang pemimpin bisa menimbulkan hal-hal yang tak diinginkan, seperti lemah dalam mengurus kepentingan rakyat.  

Editor : bakri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jika agan dan aganwati mau titip komentar atau pesan dipersilahkan ya