Rabu, 14 Desember 2011

Setia Cegah AIDS

Oleh Khuzaimah

MESKI sudah berkurang intensitasnya, nampaknya pesta akad dan nikah dalam bulan haji ini akan terus berlanjut hingga bulan-bulan selanjutnya. Para pasangan dara baro dan linto pun masih dimabuk asmara. Mungkin sebagian di antaranya juga sedang bahagia dengan budaya bulan madu yang diterapkan secara personal.

Sebagai seorang ibu, tentulah bahagia bukan kepalang menyaksikan penyatuan dua jiwa ini yang sudah sah di mata agama begitu juga adat dan negara. Masih sebagai orang tua, khususnya sebagai ibu, bukan pula pernikahan sang anak lantas bermaksud mencukupkan tanggung jawab pengawasannya terhadap anak-anak yang sudah menikah tadi. Dengan menikah yang berarti membuka lembar baru, maka hal itu juga berarti si anak yang menikah akan mendapati berbagai persoalan baru yang senantiasa butuh dukungan orang tua. Peliknya tiadalah yang tahu kecuali Allah SWT seorang, masalah apa yang akan dihadapi. Yang pasti, kita dituntut mampu merencanakan penataan keluarga yang baik sehingga sebagai mana tujuan pernikahan, insyaAllah dua insan itu akan mampu memproduksi anak-anak yang shaleh dan shaleha.

Dalam hal itu, ada satu sisi menarik yang kiranya perlu dipahami oleh setiap pasangan muda. Tak mudah mencintai satu orang dengan wajah, gaya, pakaian, dan sikap yang sama bertahun-tahun. Bayangkan saja setiap waktu hanya wajahnya yang dilihat. Begitu pula setiap waktu hanya amarahnya saja yang dinikmati baik siang maupun malam kala keegoisan mengungkungi diri.

Lumrah ada masanya si istri bosan terhadap suami, dan sebaliknya suami juga bosan tingkat tinggi dengan istrinya. Dalam kondisi seperti ini masing-masing individu dihadapkan dengan cobaan perselingkuhan yang bisa saja dilakoni suami begitu juga istri. Namun dari beberapa persoalan yang pernah saya temui selama bertandang ke berbagai daerah, khususnya di berbagai kabupaten di Aceh saat melakukan sosialisasi keluarga berencana, acap kali yang menjadi aktor selingkuh dari pihak suami. Fatalnya ketika istri mengetahui suaminya selingkuh, si istri yang tidak kuat imannya juga ikut-ikutan selingkuh.

Memang, khususnya pascatsunami peluang pihak suami melakukan perselingkuhan sangat tinggi. Salah satu alasannya karena tingginya akses suami dengan berbagai pekerjaan ke luar daerah. Jangankan para pegawai negeri, pengusaha, tentunya para pekerja Non-Govermental Organization (NGO), hingga supir pun yang kecantol kerja di NGO dengan gaji wah juga makin sering ke luar daerah. Dengan latar belakang uang yang memadai dan sedang bosan terhadap istri, si suami pun acap kali jajan sembarangan. Pulanglah dia ke rumahnya (istri) dengan muka mulai bahagia karena sudah berhasil membuang bosan di tempat lain. Jangan lupa satu hal, si suami juga membawa pulang kado kecil lainnya yang tak mungkin dilupakan seumur hidup. Apakah itu?

Ya, si suami akan membawa pulang HIV/AIDS di tengah-tengah keluarganya. Lalu dia menanam virus itu pada istrinya. Virus itu ditularkan pada si jabang bayi yang sama sekali tak mengetahui dunia apa yang dilihatnya sehingga begitu kejam HIV/AIDS bersemedi dalam tubuh mungil itu.

Apa yang saya sampaikan itu bukanlah perkara kemarin sore. Saya meyakini, semua orang khususnya pasangan muda dewasa ini faham benar bahwa pasangan yang tidak setia (suka selingkuh dan jajan sembarangan) akan lebih rentan terancam HIV/AIDS. Kita bisa membaca data yang dikeluarkan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) provinsi Aceh.

Hingga tahun ini, penyebaran HIV/AIDS sudah menjangkiti 99 orang. Angka yang sangat signifikan setelah mulai terdeteksi sekitar tahun 2004 sejumlah satu kasus. Yang menarik sekaligus menakutkan, proses penyebaran justru banyak terjadi karena hubungan heteroseksual yang kasus per kasusnya banyak disumbang oleh laki-laki. (Serambi Indonesia, 25 November 2011)

Nah, itu baru kasus yang terdata. Bagaimana dengan kasus yang belum terdata karena tingkah pola masyarakat yang sepele memeriksa darah? Sudah diketahui oleh semua orang, HIV/AIDS hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan darah yang disebut dengan tes Elisa atau bisa juga melalui tes Western Blot. Tidak ada cara lain untuk mendeteksinya. Hal yang mesti difahami, HIV/AIDS memang belum ada obatnya. Setidaknya jangan biarkan virus itu berpindah ke tubuh lain hanya karena ketakutan yang berlebihan terhadap persoalan aib. Maka, periksalah darah sejak dini.

Dalam konteks program Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), pasangan calon dara dan linto baro haruslah memeriksakan kesehatannya secara terbuka (Masing-masing keluarga). Hal itu termaktub dalam Buku Saku Pembekalan Calon Linto dan Dara Baro (Calinda) 2004 yang juga sudah disosialisasikan kepada seluruh masyarakat. Penting mengetahui kondisi kesehatan masing-masing pasangan agar upaya mencegah penyebaran berbagai macam penyakit menular bisa dilakukan. Satu hal, janganlah khawatir pasangan anda akan meninggalkan anda jika ternyata kesehatannya buruk. Maka karena itu, sejak mudalah menjaga kesehatan.

Selebihnya juga pasangan muda sepatutnya belajar mengenai kesehatan reproduksi. Penting mengenal alat reproduksi sendiri karena betapa alat reproduksi sangat rawan terinfeksi. Bilalah faktanya sangat banyak orang berlomba-lomba membersihkan wajah dengan berbagai pembersih wajah yang mahal, akan sangat lucu pembersihan alat reproduksi justru dikesampingkan. Tentulah hal-hal seperti itu juga dekat dengan HIV/AIDS serta penyakit-penyakit kelamin lainnya.

Yang bisa saya rangkum dari cerita kita di atas bagi pasangan linto dan dara baro, kesetiaan terhadap pasangannya merupakan kunci utama untuk menekan penyebaran HIV/AIDS dan penyakit kelamin lainnya. Hal itu memang tidak bisa ditawar-tawar. Jikalah masa bosan itu tiba, pelajarilah hal-hal tertentu yang mampu menciptakan dinamisasi rumah tangga. Bicarakan tingkat kebosanan itu dengan terbuka untuk mencegah perselingkuhan yang berujung pada gonta-ganti pasangan seks. Sungguh hal ini sangat dekat dengan HIV/AIDS. Maka melalui momentum peringatan Hari Aids Sedunia (HAS) yang diperingati setiap 1 Desember, ayo kita cegah bersama demi anak-anak kita kelak.

* Penulis adalah Widyaswara Madya BKKBN Provinsi Aceh.

Editor : bakri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jika agan dan aganwati mau titip komentar atau pesan dipersilahkan ya