Kamis, 05 Januari 2012

'Rampoe Indonesia' di Universitas Nanchang

Oleh Baihaki M Yahya, Alumnus Fakultas Dakwah IAIN Ar-Raniry dan Calon Master Journalism di Nanchang University, Cina

MENYAMBUT tahun baru 2012 ini, Xin Nanchang University, Cina, tempat saya melanjutkan studi S2 Master Journalism, tak hanya menampilkan budaya atau kesenian dari negara berjulukan Tirai Bambu itu, tapi juga kesenian dari negara luar, termasuk Indonesia yang menampilkan tari Rampoe Indonesia.

Mahasiswa asal Indonesia di kampus Nanchang berjumlah 35 orang yang berasal dari tiga pulau, Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Aceh hanya mengirim empat mahasiswa untuk melanjutkan studinya di kampus ini. Tahun ini adalah tahun perdana Nanchang University menerima mahasiswa asing yang berasal dari Indonesia termasuk Aceh.

Tim yang dipimpin Agust Fathuddin dari Semarang (Jawa Tengah) dan saya dari Aceh sebagai pelatih tari Rampoe Indonesia, dinyatakan lolos dan berhak tampil pada acara tersebut. Tari Rapoe Indonesia yang terinspirasi dari paduan beberapa gerakan Tari Saman, Ratoh Duek, Likok Pulo, dan Kecak Bali dimainkan oleh 20 penari.

Berbalut kostum merah dengan sedikit bis hitam, dengan slayer merah bermotif pita kuning di kepala, serta kain songket merah putih menghias pinggang penari, ditambah permainan lampu panggung dengan aneka cahaya, membuat kostum penari Rampoe Indonesia yang sederhana itu tampak mewah dan berwibawa.

Tak pelak, saat salam pembuka dengan ucapan “Assalamualaikum...” keluar dari kerongkongan Sulaiman, mahasiswa Aceh selaku syeh, yang disusul dengan masuk dan terbentuknya konfigurasi penari Rampoe Indonesia, membuat ribuan penonton terpana. Bahkan, sejumlah mahasiswa muslim dari Jordania, Arab Saudi, dan Afrika, ikut berteriak “Allahu Akbar...”

Hentakan gerakan di loat tsa tari Rampoe Indonesia yang berjumlah 20 orang, segera membuat riuh suasana yang tadinya hening, sunyi dan sepi. Syair-syair merdu yang dilantunkan Sulaiman, tampak begitu memukau hingga disambut dengan tepukan tangan meriah oleh para penonton di tempat perhelatan akbar itu.

Gerakan-gerakan padu dan serempak yang lazim terlihat pada tari Saman, dimainkan dengan apik sekali oleh para penari. Demikian pula tepukan pinggang dan dada yang kerap terlihat pada tari Likok Pulo dan Ratoh Duek, atau menjulur tangan ke atas seperti pada tari Kecak Bali, dilakukan dengan menarik dan mengundang decak kagum penonton.

Dengan serentak dan serempak, para penari menyanyi dan menarikan tarian Aceh. Padahal, 20 mahasiswa dan mahasiswi Indonesia yang menjadi penari Rampoe Indonesia pada malam itu, tak satu pun memiliki latar belakang sebagai penari. Mereka hanya digembleng dalam satu latihan yang berlangsung cuma 20 hari.

Dalam budaya Cina, applause sebagai bentuk epresiasi hanya dilakukan di akhir pertunjukan. Tapi, saat tari Rampoe Indonesia tampil di atas panggung, sambutan dan teriakan histeris tak kunjung berhenti. Tak terkecuali para dosen dan pimpinan Universitas Nanchang yang duduk di kursi depan, ikut memberikan standing applause panjang.

* Bila Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas Anda ke email: redaksi@serambinews.com

Editor : bakri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jika agan dan aganwati mau titip komentar atau pesan dipersilahkan ya