Senin, 16 Juli 2012

Giethoorn: Desa tanpa jalan (Kota yg Sngat Menarik... dan nyaman)




Giethoorn merupakan sebuah desa wisata yang cukup terkenal di Belanda, karena sering dijuluki "Venesia bagian utara". Hal ini dikarenakan fakta bahwa di desa ini tidak tersedia jalan untuk transportasi kendaraan bermotor (darat), disini jalur transportasi memakai aliran-aliran sungai yang menghubungkan setiap bagian desa tersebut alias semua menggunakan moda transportasi air.

Desa tersebut dialiri oleh banyak sungai karena pernah dilanda banjir besar pada tahun 1170, kemudian desa tersebut ditemukan dan dibangun kembali pada tahun 1230 oleh para imigran dari Mediterania yang memutuskan untuk menetap disana.
Saat itu kanal-kanal hanya dibuat sekitar 1 meter dalamnya dan penggalian dilakukan untuk mengangkut tanah gambut bekas banjir, penggalian gambut ini membentuk banyak kolam-kolam, sungai dan danau dangkal yang menelusuri desa, yang biasa disebut 'wieden'.
Banyak rumah telah dibangun di "pulau-pulau" dan hanya dapat dijangkau melalui jembatan kayu. Kebanyakan rumah memiliki atap jerami, karena daerah tersebut banyak ditumbuhi buluh atau tanaman jerami. Pada awal-awal desa ini dibangun, hanya orang kaya yang memiliki atap genting, karena tanah liat (bahan pembuat genting) jauh lebih mahal daripada buluh. Sekarang sebaliknya, untuk memiliki atap jerami butuh biaya lebih besar daripada dengan tanah liat (genting).
Mereka (para imigran dari Mediterania) menemukan banyak tanduk berserakan di seantero desa, kemungkinan tanduk-tanduk itu berasal dari kambing-kambing yang tewas saat banjir melanda. Nah dari sanalah nama desa tsb terinspirasi. Pada awalnya mereka menamakan desa tsb ‘Geytenhorn’, yang berarti tanduk kambing, dan pada perkembangannya sampai sekarang menjadi "Giethoorn".

Semua lalu lintas disini menggunakan perahu-perahu dayung dan perahu bermotor dengan suara yang pelan karena menggunakan sebuah motor listrik, sehingga praktis tidak mengganggu kedamaian dan ketenangan di desa yang indah ini.

Giethoorn menjadi terkenal setelah tahun 1958, ketika pembuat film dari Belanda Bert Haanstra syuting untuk serial komedi yang cukup dikenal saat itu yaitu "Fanfare" disini.

Ini adalah tempat yang sangat indah untuk dikunjungi.

Spoiler for Jalan air 1

Spoiler for Jalan air 2

Spoiler for Jalan air 3

Spoiler for Jembatan 1

Spoiler for Parkiran

Spoiler for Taksi

Spoiler for Jalan air 4

Spoiler for Jembatan 2

Spoiler for Pertigaan

Spoiler for Pengkolan


SUMBER

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jika agan dan aganwati mau titip komentar atau pesan dipersilahkan ya