Candi Boko
Flashpacker, julukan bagi pelancong beransel atau backpacker dengan kenyamanan lebih. Meskipun istilah ini masih menjadi perdebatan - lebih dekat ke traveller - gaya jalan-jalan ini menjadi pilihan pegawai yang tidak memiliki banyak waktu luang. Dengan memanfaatkan tiket pesawat promo dan libur akhir pekan , flaschpacker dapat mengunjungi tempat wisata dalam waktu singkat.
Bermodalkan tiket promo Jakarta-Jogja, tepat pukul 07:00 saya sudah menjejakan kaki di Bandara Adisucipto , Yogyakarta. Rasa lapar menuntun memasuki sebuah restoran Padang bercita rasa Jogja, pedas manis. Walaupun harus merogoh kocek lebih dalam , sarapan di Bandara pagi ini hukumnya wajib sebelum memulai perjalanan.
Shelter Transjogja Bandara tampak ramai oleh aktivitas penumpang. Seoarang petugas menyapa , melihat saya kebingungan memmbaca peta rute busway . Dengan ramah menjelaskan bahwa untuk mencapai Pasar Kalasan dapat menumpang Transjogja bernomor 1A.
Jarak Bandara Adisucipto dan Pasar Kalasan tidak terlalu jauh, kira-kira membutuhkan waktu 7 menit. Tepat di pemberhentian pertama, sayapun bergegas turun menuju Candi Kalasan. Berjalan ke arah timur laut sejauh 200 meter. Tepat di seberang SMP Negeri 1 Kalasan sebuah gang kecil dengan papan penunjuk bertuliskan "Candi Kalasan".
Candi Kalasan
Memasuki kompleks Candi Budha peninggalan Maharaja Tejapurnapana Panangkaran dari keluarga Syailendra pengunjung dikutip tiket sebesar Rp 2000,-. Harga yang murah menikmati keindahan aristektur , saksi bisu kehebatan Wangsa Syailendra, penguasa Sriwijaya di Sumatra atas Jawa.
Pada bagian selatan candi terdapat dua relief Bodhisattva, sementara pada atapnya terdiri dari 3 tingkat. Atap paling atas terdapat 8 ruang, atap tingkat dua berbentuk segi 8, sedangkan atap paling bawah sebangun dengan candi berbentuk persegi 20 yang dilengkapi kamar-kamar setiap sisinya.
Candi Sari
Kembali ke Jalan Jogja-Solo, saya berjalan ke arah timur laut menuju Candi Sari. Setelah 500 meter terlihat gang kecil dengan penunjuk jalan. Ternyata Candi Sari cukup jauh dari jalan raya, sayapun sempat tersesat memasuki pemakaman umum. Tapi informasi warga setempat menuntun saya sampai di kompleks Candi Sari.
Candi Sari dibangun sekitar abad ke-8 dan ke-9 pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno dengan bentuk yang sangat indah. Bagian atas candi ini terdapat 9 buah stupa seperti yang nampak pada stupa di Candi Borobudur, dan tersusun dalam 3 deretan sejajar.
Keunikan Candi Kalasan dan Candi Sari sama-sama memiliki lapisan penutup candi berupa Bajralepa, yaitu semacam plesteran di ukiran batu halus.
Untuk memudahkan perjalanan sayapun kembali menuju Shelter Pasar Kalasan. Sinar terik matahari dan dahaga menghentikan langkah saya di sebuah warung es dawet. Deru bis antar kota di jalan Jogja-Solo tak menggangu konsentrasi menyeruput segelas es dawet.
Situs Ratu Boko
Dari Shelter Pasar Kalasan bersama busway melaju menuju pemberhentian terakhir Pasar Prambanan. Dari sini terlihat kompleks Candi Prambanan yang megah, tapi harus berjalan kaki sejauh 200 meter menuju pintu gerbang utama.
Sesampai di loket, petugas menawarkan paket Prambanan-Boko seharga Rp 30.000,-. Setiap 15 menit ada mobil yang mengantar dan menjemput pengunjung ke Candi Ratu Boko. Bersama beberapa pelancong, saya di antar menuju Bukit Ratu Boko, sebelah selatan Prambanan.
Situs Ratu Boko merupakan kombinasi wisata alam dan sejarah. Tak heran jika tempat ini menjadi tujuan photographer untuk mengabadikan sunset atau Candi Prambanan berlatar belakang Gunung Merapi.
Berbeda dengan peninggalan purbakala lain dari zaman Jawa Kuno yang umumnya berbentuk bangunan keagamaan, situs Ratu Boko merupakan kompleks profan, lengkap dengan gerbang masuk, pendopo, tempat tinggal, kolam pemandian, hingga pagar pelindung.
Pemerintah pusat sekarang memasukkan komplek Situs Ratu Boko ke dalam otorita khusus, bersama-sama dengan pengelolaan Candi Borobudur dan Candi Prambanan ke dalam satu BUMN, setelah kedua candi terakhir ini dimasukkan dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO. Sebagai konsekuensinya, Situs Ratu Boko ditata ulang pada beberapa tempat untuk dapat dijadikan tempat pendidikan dan kegiatan budaya.
Candi Prambanan
Rasa lapar mendera sekembalinya dari Situs Ratu Boko. Restoran joglo bernuansa etnik menjadi pilihan menikmati makan siang yang tertunda. Nasi soto ayam bening langsung tersantap tanpa sisa. Ornamen dan pernak-pernik Jawa klasik seperti: wayang, dakon, topeng dan sepeda tua membuat saya betah berlama-lama di sini. Tapi saya harus bergegas, mengelilingi Kompleks Prambanan sebelum sore.
Di tengah cuaca panas, saya melangkah menuju Museum Prambanan yang berada di sisi utara. Museum berarsitketur Joglo tempat menyimpan berbagai temuan benda bersejarah purbakala seperti batu candi dan arca. Halaman museum juga dipenuhi benda purbakala yang ditata apik mengikuti pola segiempat.
Tiga buah candi menjulang tinggi di tengah Kompleks Candi Hindu terbesar di Indonesia, Prambanan. Dibangun untuk menghormati Trimurti yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah.
Menentang teriknya matahari, mata saya mencoba melihat stupa tertinggi Candi Siwa setinggi 47 meter. Birunya langit kontras berpadu dengan warna gelap batu candi. Alangkah indahnya jika semua candi di sini sudah selesari dipugar. Dari 240 candi hanya 18 belas yang berdiri kokoh, sisanya tumpukan batu yang berserakan.
Kekaguman akan keindahan arsitektur yang dipelopori oleh Rakai Pikatan nyaris membuat saya lupa waktu. Berlahan guratan kekuningan tampak di ufuk barat, mengisyaratkan malam akan segera tiba. Sayapun harus bergegas meninggalkan Sang Roro Jonggrang.
Dengan menumpang Transjogja, saya kembali menuju Bandara Adisucipto , mengejar penerbangan terakhir ke Jakarta. Mengakhiri sebuah perjalanan singkat menyusuri sejarah Hindu-Budha di Indonesia.
Spoiler for Rute Perjalanan:
Spoiler for Pesawat Tiket Promo Gan:
Spoiler for Suasana Bandara Adisucipto:
Spoiler for Candi Kalasan:
Spoiler for Relief Candi Kalasan:
Spoiler for Candi Sari:
Spoiler for Situs Candi Boko:
Spoiler for Gunung Merapi dari Situs Boko:
Spoiler for Restoran nuansa Jawa Klasik:
Spoiler for Museum Prambanan:
Spoiler for Candi Prambanan:
Quote:
Originally Posted by Tips
- Kenakan pakaian dan alas kaki yang nyaman, banyak aktivitas berjalan kaki di luar ruangan.
- Bawa topi ataupun payung untuk melindungi diri dari paparan sinar matahari. - Bawa makanan kecil dan air mineral. - Demi keamanan diperjalanan bawa barang seperlunya dan uang tunai secukupnya. - Menjaga sikap dan prilaku di situs purbakala , serta tidak membuang sampah sembarangan. |
Quote:
Originally Posted by Rincian Biaya
Tiket Pesawat : Rp 251.000,-
Boarding Pass : Rp 75.000,- Biaya Masuk Obyek Wisata : Rp 34.000,- Sarapan dan Makan Siang: Rp 50.000,- Tranpsortasi TransJogja: Rp 12.000,- Total Rp 426.000,- |
Spoiler for sumber lainnya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
jika agan dan aganwati mau titip komentar atau pesan dipersilahkan ya