Oleh Dian Maya Safitri, Visiting Fellow Universitas Leiden, Belanda.
SIANG itu, dengan semangat ’45 saya bergegas menuju ke daerah Willembarendstraat di kota Leiden, Belanda. Tepatnya, ke sebuah toko yang menjual barang-barang bekas yang bernama Het Werenhuis. Tempat ini selalu dibicarakan dan direkomendasikan oleh teman-teman Indonesia saya.
Setelah tersesat dan bertanya pada tak kurang dari lima orang Belanda yang saya jumpai di jalan, saya akhirnya menemukan juga toko tersebut, yang gagah berdiri setinggi dua lantai. Jangan Anda bayangkan bahwa toko barang bekas di Belanda itu jelek dan kumuh seperti di Indonesia. Het Warenhuis di sini sangatlah tertata rapi dan kelihatan berkelas seperti toko-toko lain yang ada di Negeri Kincir Angin ini.
Barang yang dijual pun sangat beragam, mulai dari VCD, buku, pakaian musim dingin, mainan, kereta bayi, sampai TV. Bahkan, Anda juga bisa menemukan berbagai lukisan artistik serta keramik asli buatan Bavaria atau Inggris dengan harga sangat miring.
Saya membeli sebuah piring keramik ukuran sedang dengan lukisan pemandangan istana Eropa dan diproduksi di Inggris dengan hanya membayar 2,50 euro. Padahal, saya menaksir bahwa harga asli keramik seperti itu bisa lebih dari 20 euro. Untuk kualitas, Anda tak perlu kuatir, karena semua barang yang ada di sini bukan made in China, seperti yang bisa Anda temui di toko-toko suvenir se-antero Belanda.
Barang-barang ini biasanya disumbangkan secara cuma-cuma oleh para pemilik yang terdahulu karena tidak membutuhkannya lagi untuk kemudian dijualkan oleh Het Warenhuis. Berbeda dengan Jerman yang memiliki floehlmarkt (pasar loak), di Belanda semua barang yang ingin disumbangkan diorganisir oleh Het Warenhuis.
Tiap hari mereka bisa mendapatkan stok berbagai macam barang yang berbeda. Jika Anda suka dengan suatu barang, segeralah membelinya, karena bisa jadi Anda besok kecewa ketika barang itu tidak ada lagi. Karena harganya yang murah dan kualitas yang terjamin, tak heran jika banyak orang berbondong-bondong ke sini, termasuk orang Belanda sendiri.
Het Warenhuis buka tiap hari Selasa hingga Sabtu, mulai pukul 10.00 pagi sampai pukul 05.00 sore. Saya menyarankan untuk pergi ke tempat ini dengan sepeda, mengingat rumitnya jalan dan susah ditempuh dengan bis. Belanda memang negara paling nyaman dan ramah untuk para pesepeda, yang memang tersedia jalur khusus sepeda (fietspad).
Saran yang lain dari saya, jika Anda berniat membayar dengan uang tunai, pastikan uang tersebut pecahan kecil seperti 20 euro atau 50 euro. Jangan membayar dengan pecahan 100 euro atau di atasnya, karena akan membuat kasirnya heboh. Toko-toko di Belanda jarang sekali bertransaksi dengan pecahan euro yang besar untuk mengantisipasi perampokan.
Di Het Warenhuis, Anda dapat memuaskan hasrat belanja Anda tanpa perlu kuatir akan menguras kocek Anda. Jadi, jika suatu hari nanti Anda berencana ke Belanda, pastikan untuk memasukkan Het Warenhuis dalam daftar “obyek wisata” Anda yang wajib dikunjungi. Selamat berbelanja!
* Bila Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas Anda ke email: redaksi@serambinews.com
SIANG itu, dengan semangat ’45 saya bergegas menuju ke daerah Willembarendstraat di kota Leiden, Belanda. Tepatnya, ke sebuah toko yang menjual barang-barang bekas yang bernama Het Werenhuis. Tempat ini selalu dibicarakan dan direkomendasikan oleh teman-teman Indonesia saya.
Setelah tersesat dan bertanya pada tak kurang dari lima orang Belanda yang saya jumpai di jalan, saya akhirnya menemukan juga toko tersebut, yang gagah berdiri setinggi dua lantai. Jangan Anda bayangkan bahwa toko barang bekas di Belanda itu jelek dan kumuh seperti di Indonesia. Het Warenhuis di sini sangatlah tertata rapi dan kelihatan berkelas seperti toko-toko lain yang ada di Negeri Kincir Angin ini.
Barang yang dijual pun sangat beragam, mulai dari VCD, buku, pakaian musim dingin, mainan, kereta bayi, sampai TV. Bahkan, Anda juga bisa menemukan berbagai lukisan artistik serta keramik asli buatan Bavaria atau Inggris dengan harga sangat miring.
Saya membeli sebuah piring keramik ukuran sedang dengan lukisan pemandangan istana Eropa dan diproduksi di Inggris dengan hanya membayar 2,50 euro. Padahal, saya menaksir bahwa harga asli keramik seperti itu bisa lebih dari 20 euro. Untuk kualitas, Anda tak perlu kuatir, karena semua barang yang ada di sini bukan made in China, seperti yang bisa Anda temui di toko-toko suvenir se-antero Belanda.
Barang-barang ini biasanya disumbangkan secara cuma-cuma oleh para pemilik yang terdahulu karena tidak membutuhkannya lagi untuk kemudian dijualkan oleh Het Warenhuis. Berbeda dengan Jerman yang memiliki floehlmarkt (pasar loak), di Belanda semua barang yang ingin disumbangkan diorganisir oleh Het Warenhuis.
Tiap hari mereka bisa mendapatkan stok berbagai macam barang yang berbeda. Jika Anda suka dengan suatu barang, segeralah membelinya, karena bisa jadi Anda besok kecewa ketika barang itu tidak ada lagi. Karena harganya yang murah dan kualitas yang terjamin, tak heran jika banyak orang berbondong-bondong ke sini, termasuk orang Belanda sendiri.
Het Warenhuis buka tiap hari Selasa hingga Sabtu, mulai pukul 10.00 pagi sampai pukul 05.00 sore. Saya menyarankan untuk pergi ke tempat ini dengan sepeda, mengingat rumitnya jalan dan susah ditempuh dengan bis. Belanda memang negara paling nyaman dan ramah untuk para pesepeda, yang memang tersedia jalur khusus sepeda (fietspad).
Saran yang lain dari saya, jika Anda berniat membayar dengan uang tunai, pastikan uang tersebut pecahan kecil seperti 20 euro atau 50 euro. Jangan membayar dengan pecahan 100 euro atau di atasnya, karena akan membuat kasirnya heboh. Toko-toko di Belanda jarang sekali bertransaksi dengan pecahan euro yang besar untuk mengantisipasi perampokan.
Di Het Warenhuis, Anda dapat memuaskan hasrat belanja Anda tanpa perlu kuatir akan menguras kocek Anda. Jadi, jika suatu hari nanti Anda berencana ke Belanda, pastikan untuk memasukkan Het Warenhuis dalam daftar “obyek wisata” Anda yang wajib dikunjungi. Selamat berbelanja!
* Bila Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas Anda ke email: redaksi@serambinews.com
Editor : bakri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
jika agan dan aganwati mau titip komentar atau pesan dipersilahkan ya