Selasa, 10 Januari 2012

Hari Keluarga di Qatar

Oleh Edi Syahputra Barus, Staf Seksi Penanggulangan Bencana Kota Banda Aceh.

SAYA berkunjung ke Qatar dua hari menjelang Lebaran Idul Fitri 1432 Hijriyah lalu. Dengan suhu yang lumayan ekstrim menjadikan Qatar kurang cocok untuk tujuan liburan bagi yang mencari suhu adem. Warga Indonesia yang saya jumpai umumnya ke Qatar dalam rangka bekerja dan bersekolah. Jadi kalau berkunjung ke Qatar dalam rangka liburan, akan sedikit mengherankan.

Menurut beberapa tenaga kerja Indonesia yang saya jumpai, perlakuan penduduk asli sangat baik kepada pendatang dan gajinya lumayan besar. Sehingga suatu keberuntungan apa bila mendapat pekerjaan di Qatar dibandingkan dengan negara-negara teluk lainnya. Konon, pemerintah setempat memberikan perlindungan hukum yang baik bagi para tenaga kerja asing, termasuk Indonesia.

Ada beberapa tempat wisata yang dapat kita jumpai di Qatar, seperti Souq Al Waqif, Corniche, pearl of Qatar, dan lain-lain. Yang cukup mengesankan bagi saya adalah Souq Al Waqif, yang merupakan suatu pasar tradisional. Di sini, dijual berbagai macam pernak-pernik, termasuk cafe-cafe yang menyediakan makanan khas Qatar.

Satu adat istiadat unik di Qatar adalah Family Day (Hari Keluarga). Pada hari-hari libur tertentu di Qatar, pada lokasi-lokasi wisata di sana hanya yang berkeluarga yang boleh masuk. Minimal sepasang, seorang lelaki dan wanita. Sedang yang sendirian ataupun sekumpulan orang yang berjenis kelamin sama tidak diperbolehkan masuk.

Pada saat itu saya sedang berjalan-jalan sendirian, tiba-tiba seorang polisi memanggil saya. Setelah saya hampiri, dia mengatakan, “go, go”. Hal tersebut cukup membingungkan, karena saya merasa penampilan saya tidak tampak seperti gelandangan ataupun mencurigakan, lalu kenapa saya diusir dari situ.

Awalnya saya membandel, saya terangkan dengan bahasa Inggris kalau saya itu turis, bukan gelandangan, namun dia tetap mengatakan: “Go, go, family day!”. Karena tak mau mencari masalah di gampong orang, saya akhirnya mengalah dengan berpura-pura pergi dan menyingkir dari tempat itu.

Tapi, karena merasa belum puas jalan-jalan, saya kembali ke lokasi obyek wisata tersebut lewat jalan lain berupa lorong-lorong kecil. Celakanya, di setiap lorong yang saya masuki, ada petugas polisi yang berjaga-jaga, mengawasi jalannya perayaan family day. Dan, saya pun kembali diusir, menjauh dari lokasi wisata tersebut.

Ternyata tidak hanya saya sendiri yang bernasib sama, sesampai di terminal bus, penuh sesak dengan orang-orang yang diusir juga. Di terminal bus Doha, ada sebuah supermarket milik orang Indonesia, “Qatindo”. Setelah berjumpa sesama orang Indonesia, barulah saya tahu penyebab kejadian tersebut.

Pada saat “Family Day” hanya yang berkeluarga boleh masuk. Mungkin ini dilakukan supaya keharmonisan keluarga dapat lebih ditingkatkan setelah beberapa waktu terpakai buat bekerja. Bisa jadi hal tersebut cukup aneh bagi kita, namun bagaimanapun, seperti kata pepatah, “di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung”.

Adat istiadat tiap negara berbeda-beda, yang menjadi ciri khas negara tersebut dan tak bisa diganggu gugat.

* Bila Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas Anda ke email: redaksi@serambinews.com

Editor : bakri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jika agan dan aganwati mau titip komentar atau pesan dipersilahkan ya