Kamis, 05 Januari 2012

Mencari Jejak Bangsa Melayu

Oleh Muhammad Isa, Mahasiswa Doctoral School of Physics Universiti Sains Malaysia

TIM dokter dari Eijkman Institute for Molecular Biology yang bernaung di Kementrian Riset dan Teknologi (Kemenriset) Republik Indonesia, melakukan tes DNA terhadap Meri Yulanda alias Herawati (16) korban yang hilang saat diterjang gelombang tsunami 26 Desember 2004, kembali ke orang tuanya, demikian penggalan informasi yang dimuat Serambi Indonesia, 29/12/2011.

Berita di atas menarik bagi saya untuk ikut berbagi pengalaman, karena di penghujung tahun 2011 tepatnya tanggal 31 Desember 2011, di sekretariat Acehnese Student Club (ASC) Pulau Pinang telah berlangsung donor darah untuk pengambilan sampel sebanyak 6 mililiter atau lebih kurang satu sendok makan untuk sebuah riset mencari jejak asal-usul bangsa Melayu melalui kajian analisis genetik.

Kegiatan ini merupakan rangkaian riset dalam rangka menjejaki asal-usul bangsa Melayu melalui kajian morfologi, sejarah, sosio-budaya dan analisis genetik. Untuk kajian genetika di sekretariat ASC relawan donor darah diikuti sekitar 11 orang mahasiswa asli Aceh yang sedang belajar di Universiti Sains Malaysia. Sebelumnya tim kajian ini juga telah mengambil sampel darah di Kampong Yan Kedah sebanyak 35 orang yang merupakan keturunan Aceh tempo dulu dan sudah menjadi warga di sini. Kajian kali ini khusus diperuntukkan bagi orang Aceh karena untuk suku lain juga ada kajian tersediri yang dilakukan pada tempat yang berbeda dengan tim yang lain. Tim yang bertugas berjumlah 4 orang terdiri dari dokter dan perawat, ada yang sudah bekerja di rumah sakit dan ada yang masih mahasiswa pascasarjana dari kampus kesihatan Universiti Sains Malaysia yang beralamat di negeri Kelantan.

Selain pengambilan sampel darah kajian genetika juga dilakukan wawancara untuk mendapatkan beberapa data atau kriteria yang harus diisi oleh setiap donor mirip seperti borang data yakni, data demografik (nama, umur, jenis kelamin), kriteria inklusi (tiga generasi submelayu yang sama, ibu-bapak dilahirkan di negeri yang sama, tinggal berterusan dan beragama Islam), kemudian kriteria eksklusi (tidak tahu asal-usul keluarga, salah satu ahli keluarga lahir di luar negeri, sejarah penyakit yang pernah dialami). Kajian ini nantinya akan bermuara pada tes DNA sehingga akan jelas identitas sampel yang diambil. Secara umum kegiatan berlangsung aman dan sukses sesuai dengan rencana awal serta dalam suasana santai penuh kekeluargaan.

Meskipun kegiatan atau proyek riset ini untuk mendapatkan data ilmiah sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara akademik dan medis. Namun menjadi pertanyaan saya yang bukan bidangnya, seberapa penting kajian seperti ini dalam sebuah daerah/Negara. Apakah untuk mendapatkan nilai tambah dalam penguatan persatuan bangsa dengan mengetahui asal usulnya atau malah sebaliknya. Untuk mencari identitas diri yang hilang atau memang sejarah sekarang sudah remang-remang sehingga perlu kajian khusus untuk mendapatkan jawaban yang terang benderang dari berbagai tinjauan ilmu.

Kalau melihat sejarah Melayu, Aceh sangat erat kaitannya dan tak dapat dipisahkan, bahkan Aceh merupakan Kerajaan yang pernah jaya dan disegani saat dipimpim Sultan Iskandar Muda yang membawa perubahan dan peradaban yang luar biasa hebatnya hingga semenanjung Malaya. Sejarah memang akan terus berulang, kajian ini saya pikir penting diterapkan di Aceh agar generasi sekarang dan akan datang mendapat pencerahan. Apa yang terjadi hari ini di Aceh tak dapat dipisahkan dari kejadian sebelumnya.

* Bila Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas Anda ke email: redaksi@serambinews.com

Editor : bakri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jika agan dan aganwati mau titip komentar atau pesan dipersilahkan ya