Minggu, 26 Agustus 2012

Sekelumit Cerita Dari Pinggir Rel Kereta


Prolog
Ibu kota Jakarta selalu memberikan warna tersendiri untuk Indonesia. Setiap tahunnya banyak orang-orang berbondong-bondong 'mengungsi' ke Jakarta. Apalagi menjelang dan sesudah Lebaran, mereka yang sengaja tinggal atau memang 'terpaksa' tinggal dianggap lumrah. Banyak dari mereka tidak seberuntung mimpi yang mereka punya. Mimpi hanyalah mimpi, namun realitas yang mereka sendiri hadapi. Realitas hidup di kota Jakarta tidak seindah sinetron picisan di TV. Tetapi inilah hidup di Jakarta, bagi mereka yang termarjinalkan, bukan karena diskriminasi, tetapi karena kompetisi. Inilah sekelumit cerita dari pinggir rel kereta api di daerah Senen, Jakarta Pusat.Source
Quote:
Spoiler for Disini Aku Hidup

Pria tua memasak diantara deretan gerbong (photo by Mark Tipple)
Saat tanah mulai bergemeretak oleh suara kereta yang semakin mendekat, tak ada orang yang begitu perduli satu sama lain. Anak-anak pun bermain dipinggir rel. Ibu-ibu sibuk berceloteh. Orang-orang tua pun sibuk bermain kartu.
Quote:
Spoiler for Rumahku (nampaknya) Surgaku

Kereta melewati hanya beberapa meter dari sebuah rumah tempel.(photo by Mark Tipple)
Gejolak yang umum terjadi, bukanlah ancaman tetapi suara gemuruh kereta yang tepat melewati 'perkampungan'. Kebisingan sudah menjadi kebiasaan, dan menentang bahaya hanya dianggap belaka.

Quote:
Spoiler for Daripada Ku Berdiam Diri

Para penghuni, baik tua dan muda sibuk memulung plastik, atau mengais barang-barang bekas.(photo by Mark Tipple)
Para penghuni pinggir rel di daerah Senen adalah pemulung ulung. Banyak dari mereka menggantungkan hidup dari mengumpulkan dan menjual apa yang orang lain anggap sampah. Bahkan rumah sederhana mereka pun hanya balutan poster bekas. Bagi mereka yang beruntung, bisa mendapat sedikit papan triplek.
Quote:
Spoiler for Larangan Pun Bisu

Papan himbauan yang tak digubris.(photo by mark Tipple)
Rel kereta tentu bukan tempat bermain, namun anak-anak disekitar rel serasa tak peduli. Tetap saja, mereka merasa di tempat inilah mereka dapat hidup dan membesarkan keluarga mereka.
Quote:
Spoiler for Mengais Rejeki Untuk Pungli

Setelah lelah memulung seharian, mereka pun siap mengolah hasil di gubuk sederhana ini.(photo by Mark Tipple)
Pungli pun harus dibayar kepada oknum untuk mendirikan 'bangunan' di sekitar rel. Namun, apa mau dikata, disinilah mereka mencari sesuap nasi. Banyak yang tetap memilih tinggal disini, daripada pulang ke kampung tanpa penghasilan tetap.
Quote:
Spoiler for Dekapan Ibu Adalah Rumahku

Suasana di salah satu rumah tempel(photo by mark Tipple)
Salah satu pedagang yang dinanti, penjual air yang menjual dagangannya Rp.10.000 untuk keperluan keluarga ini minum dan MCK. Mungkin bagi anda, Rp. 10.000 tidak berharga, namun tidak bagi mereka yang berpenghasilan kurang dari Rp. 20.000 per hari.
Quote:
Spoiler for Secarik Kenangan Terbuang


Secarik foto keluarga diantara puing-puing (photo by Mark Tipple)
Menurut sebuah survey, 70 persen bangunan di Jakarta adalah semi-permanen, dan hanya setengahnya yang layak huni. Menurut data BPS pada tahun in 2009, 32 persen rumah di kota ini hanya memiliki ruang kurang dari 7 meter persegi per kapita.
Quote:
Spoiler for Kami Pun (senang) Bermain

Anak-anak bermain di sekitar rel (photo by Mark Tipple)

Buruknya sanitasi adalah masalah utama bagi para 'penduduk' di sekitar jalur kereta Senen, sama sperti daerah kumuh Jakarta lain. Dalam survei 2008, dari 10 juta penduduk Jakarta, hanya kurang dari sebagian yang dapat menikmati sanitasi yang baik.
Quote:
Spoiler for Hanya Ini yang Tersisa

Rumah tempel yang tersisa dari penertiban TranTib(photo by Mark Tipple)
Yang tersisa hanyalah robekan spanduk yang dijadikan rumah tempel ini. Para TranTib sudah sudah menyita tiang penyangga dan tempat tidurnya. Apapun yang terjadi, mereka akan kembali demi sesuap rejeki di sini.
Quote:
Spoiler for Sudah Sampai Nenek-Kakek Kami Disini

Yang tua pun 'nimbrung' untuk bermain (photo by Mark Tipple)
Walaupun terlihat menyedihkan daerah Senen di Jakarta's tetap merupakan masyarakat dengan keteguhan hati dan kebersamaan. Walau dengan kesusahan di hadapan, mereka tahu bahawa suati saat anak cucu mereka akan menciptakan ataupun mendapat kehidupan yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jika agan dan aganwati mau titip komentar atau pesan dipersilahkan ya