Senin, 21 November 2011

Tumbal Ritual Tapa Mutih


                                                                               ilustrasi


JAKARTA - Ritual Tapa Mutih menelan korban jiwa. Eni Juner, salah seorang pelaku ritual, tewas setelah melakoni puasa dan bertapa selama 34 hari berturut-turut. Sejatinya, Eni akan menyempurnakan ritualnya dengan berpuasa selama 40 hari.

Namun sebelum ritualnya sempurna, perempuan kelahiran 10 Februari 1974 itu tewas lantaran kelaparan dan dehidrasi. Gadis asal Palangkaraya itu pun meninggal dunia di sebuah rumah kontrakan di Jalan Pondok Randu No 17 RT 04/02, Kel Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat, pada Selasa, 5 Januari lalu.

Kematian Eni baru terungkap lima hari kemudian, yaitu pada hari Minggu, 10 Januari 2010, setelah rekan-rekannya melapor ke Ketua RT setempat. Eni melakoni ritual puasa mutih selama 40 hari bersama tiga rekannya.

Ritual dijalani dengan cara terus bertapa dan hanya mengonsumsi air dan nasi putih. Itu pun hanya boleh dilakukan pada pukul 03.00-04.00 WIB. Dalam sehari, pelaku ritual hanya boleh mandi sekali.

Ketua RT setempat, Rahmat (51) menyatakan warga setempat awalnya sudah curiga ada sesuatu yang tidak beres, karena mencium bau busuk dari kontrakan Eni. Namun kecurigaan itu tereliminir lantaran di dalam rumah masih ada sejumlah orang yang beraktivitas seperti biasa.

"Saya sangat marah kepada teman-teman Eni karena baru melaporkan kejadian ini lima hari setelah kematian Eni," ujar Rahmat.

Kemarahan Rahmat semakin menjadi-jadi lantaran alasan tidak segera melaporkan kematian Eni sangat tidak masuk akal. Yaitu keyakinan bahwa Eni akan dibangkitkan pada hari kelima setelah kematiannya. "Saya tidak habis pikir, ada orang yang mempercayai hal seperti itu," tambahnya.

Saat bertapa, Eni ditemani tiga rekannya, yaitu Andri Putra (25) asal Bandung, Ellyzabeth Tirta Wahyu Arinda (30) asal Malang, dan Ani Minarti (46) asal Blitar.(ahm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jika agan dan aganwati mau titip komentar atau pesan dipersilahkan ya