Senin, 26 Desember 2011

Gadis Rusia Belajar Saman di Mini Market

OLEH MILLATI AMALIA, peserta Rimini Internationa Choral Competition di Marseille, melaporkan dari Italy

SETELAH lulus dari SMAN 10 Fajar Harapan Banda Aceh, saya melanjutkan studi ke Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Di sini, saya bergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara sebagai selingan kuliah. Sampai akhirnya, sebuah pengalaman berharga di mana saya dan tim paduan suara berkesempatan mengikuti Rimini Internationa Choral Competition PADA 6-9 Oktober 2011, sekaligus memenuhi undangan KJRI Marseille untuk tampil dalam pemeran budaya di Marseille, Perancis.

Di sana, KAMI menyanyikan sederetan lagu daerah. Mulai dari lagu Sumatera Utara, Jawa Timur, Bugis, Borneo, dan yang sangat saya senangi adalah lagu dari daerah saya, Aceh. Lagu dari Aceh yang dibawakan adalah lagu Bungong Jeumpa. Siapa sangka, saya yang sekian tahun tinggal di Aceh, baru kali ini mengetahui lagu Bungong Jeumpa ini begitu indah dan sangat rancak bila diaransemen ulang.

Selaku anak Aceh dalam tim, saya membantu memperbaiki pengucapan bahasa Aceh yang tepat kepada 39 teman saya lainnya.

Bungong Jeumpa menjadi salah satu lagu favorite teman-teman dan lagu andalan tim kami. Lebih indah lagi lagu ini ditampilkan dengan koreografi salah satu tari Saman. Jujur saya tidak menyangka ini menjadi perpaduan yang bagus. Saya bangga.

Setelah sukses tampil di acara pameran budaya di Kota Marseille Perancis, perjalanan berlanjut ke Kota Rimini Italy. Di sana, sebelum lomba kita diminta tampil pada acara opening ceremony. Malam itu, dihadiri oleh ratusan orang dari berbagai negara. Diawali nyanyian lagu daerah dari Borneo, kemudian lanjut dengan Bungong Jeumpa sebagai penutup. Saya merinding, raut wajah bahagia saya terpancar jelas hingga saya menyaksikan ulang video rekaman penampilan tersebut. Entah kenapa, kebanggaan saya sebagai putri Aceh bisa membawakan lagu tersebut sampai ke Eropa adalah kesempatan yang luar biasa. Bagi saya, lirik, irama, dan koreografi saat membawakan lagu ini bisa membius siapa pun yang melihatnya. Terbukti, semua penonton yang hadir terpukau mendengar dan menyaksikan penampilan berdurasi sekitar 5 menit tersebut. Pengiringnya musik rapa-i yang kami pinjam dari komuntitas pelajar Aceh di Surabaya, yaitu Pelajar Mahasiswa Kesatuan Tanah Rencong (PMKTR).

Cerita kebanggaan terus berlanjut. Setelah berhasil memboyong dua  emas dalam perlombaan ini, setiap bertemu orang-orang dari negara lain, yang mereka ingat adalah lagu Bungong Jeumpa dan koreografinya yang memukau.

Hingga suatu malam saya dan teman-teman berniat membeli makanan di sebuah mini market di dekat penginapan. Tiba-tiba, dua orang gadis Rusia, menyapa kami lalu kami pun berkenalan. Tak lama kemudian, mereka pun bercerita bahwa mereka begitu tertarik dengan penampilan kami. Mereka menirukan salah satu gerakan saat kita menyanyikan Bungog Jeumpa. “Bagaimana kalian bisa melakukan gerakan sesulit itu sambil bernyanyi?” tanyanya. “Tolong ajari kami, bagaimana tangan kalian bisa begini,” (sambil menirukan salah satu gerakan ratoh duek). Akhirnya, mini market tersebut menjadi ‘sanggar dadakan’ kami untuk mengajari salah satu gerakan kepada gadis-gadis Rusia itu.(*)

* Jika Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas bersama foto Anda ke: redaksi@serambinews.com

Editor : bakri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jika agan dan aganwati mau titip komentar atau pesan dipersilahkan ya