OLEH CHAIRIL ANWAR, Alumnus Fakultas Pertanian Unsyiah, melaporkan dari Taiwan
TAIWAN memiliki empat musim: summer, fall, winter, dan spring. Desember sekarang ini hingga dua bulan ke depan, di Taiwan sedang musim dingin (winter). Tidak seperti biasanya, winter kali ini agak telat datangnya. Winter tahun sebelumnya dimulai pada November. Tahun ini justru dimulai pada medio Desember.
Hari ini, Senin 19 Desember, suhu di Taiwan berkisar 15 derajat Celcius. Diperkirakan suhu akan terus turun hingga beberapa minggu ke depan. Maklum, sedang musim dingin.
Di luar rumah terlihat orang-orang mulai mengenakan jaket tebal untuk melindungi dirinya dari sergapan dingin yang menusuk. Awan hitam pun menyelimuti hampir seluruh atmosfer Taiwan. Pada musim dingin biasanya orang-orang jarang ke luar rumah. Semuda lebih memilih tinggal di rumah sambil menyalakan heater (pemanas ruangan).
Sebagai putra Aceh yang merantau ke Taiwan, tahun ini adalah untuk kedua kalinya saya merasakan winter di Taiwan. Saya kurang beruntung karena tinggal di kota paling dingin, yaitu Keelung, kota paling utara Taiwan.
Setiap harinya saya harus merasakan dinginnya kota ini dan kadang disertai hujan dan angin kencang. Keadaan seperti ini membuat saya sedikit kurang nyaman. Selain itu kelembaban di Keelung relatif tinggi dibandingkan dengan kota lain.
Meski dingin, tapi saya berusaha beradaptasi dengan keadaan yang tak biasa bagi tubuh saya ini. Masi beruntung pikir saya karena suhu dingin di Taiwan tidak sedingin di tempat lain seperti di Tokyo dan New York yang terkadang suhunya bisa drop hingga minus derajat.
Meski demikian, saya sudah sangat merasa dingin sekarang ini. Bahkan saya harus memakai jaket hingga dua lapis untuk meminimalisir rasa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Keadaan seperti ini bakal terus saya rasakan hingga dua bulan ke depan.
Suasana seperti ini membuat saya agak malas beraktivitas. Biasanya kalau di Banda Aceh, jika cuaca dingin saya tetap bisa ke kafe atau makan mi, sedangkan di sini saya tak jumpai suasana yang seperti biasa saya rasakan di Banda Aceh.
Untuk mendapatkan minuman hangat (wedang jahe atau bandrek sebagai penghangat tubuh) ataupun makanan, saya harus bergerak ke kota yang sangat jauh. Menyita waktu di jalan hingga 30 menit. Ditambah lagi harus menunggu bus hingga beberapa menit.
Di waktu luang (malam hari), biasanya untuk mengusir rasa dingin, saya sering minum kopi sampai tiga kali. Mudah-mudahan saya bisa bertahan hingga dua bulan ke depan menghadapi winter di Taiwan. Saya tak ingin jatuh sakit akibat kedinginan di negeri orang.
* Jika Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas bersama foto Anda ke: redaksi@serambinews.com
TAIWAN memiliki empat musim: summer, fall, winter, dan spring. Desember sekarang ini hingga dua bulan ke depan, di Taiwan sedang musim dingin (winter). Tidak seperti biasanya, winter kali ini agak telat datangnya. Winter tahun sebelumnya dimulai pada November. Tahun ini justru dimulai pada medio Desember.
Hari ini, Senin 19 Desember, suhu di Taiwan berkisar 15 derajat Celcius. Diperkirakan suhu akan terus turun hingga beberapa minggu ke depan. Maklum, sedang musim dingin.
Di luar rumah terlihat orang-orang mulai mengenakan jaket tebal untuk melindungi dirinya dari sergapan dingin yang menusuk. Awan hitam pun menyelimuti hampir seluruh atmosfer Taiwan. Pada musim dingin biasanya orang-orang jarang ke luar rumah. Semuda lebih memilih tinggal di rumah sambil menyalakan heater (pemanas ruangan).
Sebagai putra Aceh yang merantau ke Taiwan, tahun ini adalah untuk kedua kalinya saya merasakan winter di Taiwan. Saya kurang beruntung karena tinggal di kota paling dingin, yaitu Keelung, kota paling utara Taiwan.
Setiap harinya saya harus merasakan dinginnya kota ini dan kadang disertai hujan dan angin kencang. Keadaan seperti ini membuat saya sedikit kurang nyaman. Selain itu kelembaban di Keelung relatif tinggi dibandingkan dengan kota lain.
Meski dingin, tapi saya berusaha beradaptasi dengan keadaan yang tak biasa bagi tubuh saya ini. Masi beruntung pikir saya karena suhu dingin di Taiwan tidak sedingin di tempat lain seperti di Tokyo dan New York yang terkadang suhunya bisa drop hingga minus derajat.
Meski demikian, saya sudah sangat merasa dingin sekarang ini. Bahkan saya harus memakai jaket hingga dua lapis untuk meminimalisir rasa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Keadaan seperti ini bakal terus saya rasakan hingga dua bulan ke depan.
Suasana seperti ini membuat saya agak malas beraktivitas. Biasanya kalau di Banda Aceh, jika cuaca dingin saya tetap bisa ke kafe atau makan mi, sedangkan di sini saya tak jumpai suasana yang seperti biasa saya rasakan di Banda Aceh.
Untuk mendapatkan minuman hangat (wedang jahe atau bandrek sebagai penghangat tubuh) ataupun makanan, saya harus bergerak ke kota yang sangat jauh. Menyita waktu di jalan hingga 30 menit. Ditambah lagi harus menunggu bus hingga beberapa menit.
Di waktu luang (malam hari), biasanya untuk mengusir rasa dingin, saya sering minum kopi sampai tiga kali. Mudah-mudahan saya bisa bertahan hingga dua bulan ke depan menghadapi winter di Taiwan. Saya tak ingin jatuh sakit akibat kedinginan di negeri orang.
* Jika Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas bersama foto Anda ke: redaksi@serambinews.com
Editor : bakri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
jika agan dan aganwati mau titip komentar atau pesan dipersilahkan ya