Senin, 26 Desember 2011

Kopi Aceh vs Kopi Milan

Oleh Sehat Ihsan Shadiqin, Mahasiswa Universitàdegli Studi di Milano Bicocca, melaporkan dari Milan, Italia.

SATU hal yang mungkin sama antara orang Aceh dan orang Milan adalah budaya minum kopi. Air hitam ini memang bukan hanya ada di Aceh dan Milan saja, namun ada di seluruh dunia. Bahkan saya yakin semua bangsa memiliki budaya khas tersendiri terkait dengan kopi, baik cara minum, cara olah, nama dan tempat minum kopi.

Dalam tulisan ini saya ingin berbagi sedikit tentang budaya minum kopi orang Milan, Italia. Di sini, kopi seperti yang ada di Aceh mereka namakan dengan coffe Americano (kopi Amerika). Tapi, kebanyakan orang Milan minum kopi Espresso. Yakni, ekstrak kopi dari penguapan bubuk kopi.

Saat meminumnya dituangkan dalam gelas sloki kecil. Itu pun tidak sampai setengahnya, sangat sedikit. Kopinya sangat kental, karena satu sendok besar bubuk kopi hanya untuk beberapa gelas kopi saja. Bandingkan dengan kopi di warung kopi Banda Aceh yang satu sendok besar bisa dipakai untuk puluhan gelas kopi.

Gula dan susu adalah pilihan si peminum kopi, bukan normalnya saian kopi. Kalau di Banda Aceh, jika kita tidak sebutkan “tanpa gula” maka kopi akan diberikan gula. Kalau di Milan kopi disajikan dalam keadaan pahit.

Di depan kasir ada gula dalam saset dan kita bisa mengambilnya dan memasukkannya sendiri ke dalam gelas kopi. Namun demikian, kopi Espresso yang pahit itu, meskipun dimasukkan gula tetap saja rasa pahitnya terasa. Sebab ia adalah ekstrak kopi yang diuapkan dengan mesin atau dengan pemanas kopi.

Ada banyak warung kopi di Milan yang disebut dengan Bar. Bar bukan tempat karoke atau berjoget seperti di Indonesia. Bar adalah warung kecil (biasanya satu pintu toko) yang menyediakan kopi dan roti. Ada minuman lain tentunya seperti bir, air mineral, minuman botol dan lain sebagainya.

Namun di Bar, kopi adalah sajian utamanya. Bar di Milan tidak memiliki banyak tempat duduk seperti warung kopi kita, tidak sampai sepuluh buah kursi. Kebanyakan orang minum kopi sambil berdiri, sebentar saja, lalu pergi lagi. Beberapa meja dibuat bulat dan tinggi, jadi minumnya tetap harus berdiri.

Di Aceh kita hanya punya beberapa nama kopi saja, kopi hitam, kopi susu, kopi sanger, dan lainnya. Tapi, di Milan orang akan memebuat nama berbeda jika rasa dan campuranya berbeda, seperti ada kopi espresso, lungo, macchiato, cappuccino, decaffeinato, d’orzo, dan banyak jenis yang lainya.

Di Milan, beda waktu, beda pula jenis kopi yang disuguhi. Kalau kita pergi ke Bar pagi hari dan memesan kopi, si penjaga Bar akan bertanya: “macciato?” artinya, apa mau dicampur susu? (susu sapi murni). Namun kalau siang atau sore hari, tidak ada tawaran demikian.

Bagi orang Italia terlihat aneh kalau seseorang minum kopi dengan susu pada sore hari. Bahkan kalau siang hari, kopi kerap juga diartikan sebagai “minuman penutup”. Dan, ini berarti kalau sudah minum kopi, kita tidak akan makan apa-apa lagi setelah itu. Jadi ia menjadi simbol kalau acara makan-makan sudah selesai.***

* Bila Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas Anda ke email: redaksi@serambinews.com

Editor : bakri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jika agan dan aganwati mau titip komentar atau pesan dipersilahkan ya