Rabu, 14 Desember 2011

Cara Norwegia Tangani Pasien Jiwa

OLEH MUHAMMAD ARMIYADI SIGNORI, Staf RSJ Aceh, aktivis World Acehnese Association, melaporkan dari Norwegia

MUNGKIN akan terkesan berlebihan bila saya katakan bahwa rumah sakit jiwa (RSJ) di Norwegia seperti hotel berbintang. Sama berlebihannya ketika saya harus mengatakan Aceh yang penduduknya sama dengan Norwegia, yakni 4,7 juta, tapi provinsi kita hanya memiliki satu RSJ dengan kapasitas 320 tempat tidur.

Apa yang terjadi di RSJ Aceh saat ini sungguh luar biasa. Meski tempat tidur yang tersedia untuk 320 pasien, tapi jumlah pasiennya saat ini lebih dari 600 orang. Ini yang saya katakan luar biasa. Akibatnya, pasien jiwa di Aceh bukan hanya harus berbagi kamar, tapi juga harus rela berbagi tempat tidur.

Selagi saya kuliah di Norwegia saat ini, ada sedikit hal yang menarik bagi saya tatkala melihat cara Norwegia dalam melayani warganya yang mengalami gangguan jiwa.

Di Norwegia, RSJ terdapat hampir di setiap kota. Semuanya tidak memiliki pagar pembatas dengan dunia luar. Di dalamnya tidak ada manusia yang berseragam, baik putih maupun seragam identitas sebagai pasien.

Dilihat dari luar, bangunan-bangunan RSJ seperti rumah biasa, tidak ada yang menarik perhatian. Namun, ketika berada di dalam ruangan, banyak hal yang menarik. Umpamanya, setiap kamar hanya untuk satu pasien. Sedangkan satu ruang rawatan terdiri atas sepuluh kamar.

Setiap ruangan besar memiliki ruang tamu (ruang aktivitas), ruang rapat, ruang makan, dan ruang pegawai. Tersedia pula berbagai makanan, minuman, dan buah-buahan untuk pasien dan pegawai. Juga tersedia dapur. Ketika masuk jam makan, pasien dan pegawai makan bersama pada satu meja.

Saat pasien tiba di RSJ (mereka atau keluarganya sudah memberi tahu sebelumnya), dokter, perawat, dan psikolog akan duduk bersama pasien untuk mengkaji keadaan pasien. Lalu secara bersama-sama menentukan tindakan (treatment) yang akan diberikan. Pasien punya peranan besar dalam menentukan tindakan yang akan diterima selama di rumah sakit. Mereka punya hak untuk mengeluarkan pendapat, menerima, atau menolak tindakan.

Selain perawatan melalui obat-obatan mereka juga menggunakan lingkungan pergaulan sebagai sarana untuk mempercepat kesembuhan (milieu theraphy). RSJ menggunakan berbagai pendekatan nonmedis, seperti komunikasi yang terjadwal, berjalan-jalan di sekitar rumah sakit, tur ke tempat umum, seperti supermarket, danau, laut, atau tur ke tempat kebugaran seperti kolam renang, arena bowling, dan lainnya.

RSJ juga menyediakan berbagai sarana olahraga seperti ruang fitness, badminton, tenis meja, bola basket, ruang senam, dan ruang rehabilitasi.

Yang juga menarik, di tempat kita kebanyakan gangguan jiwa diakibatkan oleh masalah ekonomi dan trauma, sedangkan mereka kebanyakan disebabkan oleh rasa kesepian, kurangnya dukungan sosial, dan frustrasi terhadap kondisi alam dan kehidupan, musim winter yang lama, bahkan ada beberapa daerah yang pada musim panas, maka siang terus-menerus tanpa malam. Sebaliknya pada musim dingin, malam terus tanpa ada siang.

Kebanyakan pasien jiwa di Norwegia datang atas keinginan sendiri ke RSJ. Ini mudah dipahami, dengan fasilitas dan pelayanan yang tersedia akan membuat pasien nyaman dan mungkin lebih menyenangkan dari rumah mereka sendiri dan pasien juga bisa memutuskan sendiri kapan ingin datang ke RSJ atau pulang ke rumah.

Bila pasien kembali ke rumah (atau hanya mau dirawat di rumah) pemerintah kota menyediakan petugas yang akan merawat mereka di rumah. Juga tersedia pusat-pusat kegiatan pasien (day centre). Ini sebuah tempat untuk berkumpul, bersosialisasi, dan berkreativitas bagi pasien yang sudah tenang (sembuh). Artinya, ketika kembali ke rumah (masyarakat) pasien tidak akan terasing atau melarat sendiri.

Untuk datang ke tempat ini mereka hanya perlu menelepon, lalu petugas akan menjemputnya. Ini juga pelayanan gratis tentunya.

Selain mendapat jaminan pelayanan kesehatan gratis, pasien gangguan jiwa juga akan mendapatkan tunjangan dari pemerintah untuk biaya hidup sehari-hari. Bagi pasien yang tidak memiliki rumah, pemerintah juga akan memfasilitasi perumahan.

Sudah saatnya bagi siapa saja untuk lebih peduli pada saudara kita yang mengalami gangguan jiwa. Sangat tidak pantas kita di Aceh, di negeri syariat ini, pasien harus berbagi tempat tidur di RSJ. Bahkan ada yang terpaksa ditidurkan di atas kanvas yang digelar di lantai.

* Jika Anda punya informasi menarik, kirimkan naskah dan fotonya serta identitas bersama foto Anda ke: redaksi@serambinews.com

Editor : bakri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jika agan dan aganwati mau titip komentar atau pesan dipersilahkan ya